
TITIKNUSANTARA.COM- Di Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Reforma Agraria diwujudkan melalui keterlibatan generasi muda dalam pengelolaan objek Desa Wisata Bukit Sinyonya. Desa Wisata itu bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu Kampung Agraria terbaik pada Januari 2025 lalu.
Asep Adam (25), sosok muda di balik pengelolaan objek wisata Bukit Sinyonya, tak menampik bahwa desanya sejak dulu kaya akan potensi ekonomi. Namun, ia menyadari, tanpa sentuhan pemberdayaan yang tepat, potensi itu akan layu sebelum berkembang.
“Potensinya sudah ada, tapi kalau tidak dikemas dengan baik, tidak ada keberlanjutan. Tidak akan ada regenerasi,” jelas Asep.
Dia juga mencontohkan para penganyam pandan. “Dulu ibu-ibu sudah menganyam, tapi sekarang sudah sepuh. Anak mudanya tidak ada yang berminat meneruskan. Dengan dibangunnya desa wisata ini, ada harapan. Anak muda tertarik untuk terlibat,” tambahnya,
Inovasi dari Akar Tradisi
Sejak diresmikan sebagai Kampung Reforma Agraria pada 2023, Bukit Sinyonya menjadi kawah candradimuka kreativitas. Generasi muda setempat berkolaborasi dengan para pengrajin anyaman senior. Hasilnya? Transformasi luar biasa! Dari tas pandan sederhana, kini lahir produk-produk inovatif seperti sepatu berbahan pandan hingga tas dengan desain kekinian yang memikat.
“Yang awalnya ibu-ibu cuma bisanya bikin tas, tapi dengan adanya anak-anak muda dilatih, mereka punya inisiatif. Kreativitasnya lebih tinggi lagi,” ungkap Asep.
Tak hanya itu, peran para pengrajin pun ikut berevolusi. Jika sebelumnya mereka hanya fokus pada produksi, kini mereka berkesempatan menjadi instruktur.
“Sekarang kami tidak hanya menjual produk. Kami juga mengajarkan ke masyarakat dan para pengunjung. Yang awalnya cuma pengrajin biasa, sekarang sudah menjadi instruktur,” kata Asep, bangga.
Ani, Penganyam yang Kini Bisa Kuliahkan Anak
Kisah sukses ini bukan isapan jempol belaka. Ani (52), seorang pengrajin anyaman, adalah salah satu bukti nyata dampak positifnya. “Dulu kehidupan kami itu cuma dari hutan ke rumah, menganyam, boro-boro kita tahu desa,” kenang Ani. “Dari kecil, sejak Sekolah Dasar sudah bisa menganyam. Sekarang, sudah bisa beli sepatu baru dari hasil menganyam.”
Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari, hasil kerajinan anyaman bahkan mampu membuka pintu pendidikan yang lebih baik bagi keluarganya. “Terus terang, saya bisa menguliahkan anak juga hasil dari ini. Memang tidak sepenuhnya, tapi sedikit banyaknya kami hasilkan dari menganyam,” tuturnya dengan mata berbinar. Senin 29 September 2025.
Bagi masyarakat Desa Bandung, Reforma Agraria telah melampaui sekadar kepemilikan tanah. Ini adalah tentang bagaimana masyarakat diberdayakan untuk mengelola tanah dan sumber daya di atasnya demi masa depan yang lebih cerah. “Saat ini kami juga sudah berkolaborasi dengan universitas, pihak swasta, dan pemerintah daerah agar terus mendukung dan meningkatkan desa wisata kami,” pungkas Ani, optimis menatap masa depan Bukit Sinyonya. (GE/MW)